Salah satu aktivitas favorit saya di Toronto adalah browsing daftar film-film yang sedang main di teater Hot Docs, teater khusus film-film dokumenter. Sebagai pecinta film dokumenter (dan jenis-jenis film lainnya — kecuali horor #penakut), saya senang membaca tentang film-film berbagai negara yang sepertinya asik untuk ditonton.
Kali ini, saya memilih untuk menonton film dari sutradara asal Turki (Ceyda Torun) dengan judul “Kedi.” Tonton trailer-nya di bawah ini. Film ini mendokumentasikan hidup tujuh kucing-kucing, dengan kepribadian yang berbeda-beda, yang tinggal di kota Istanbul, Turki.
Sebelum mengeluarkan uang untuk beli tiket, biasanya saya membaca ulasannya dulu. Kalau ternyata banyak yang bilang bahwa film-nya jelek, biasanya saya jadi malas nonton di teater. Film “Kedi” belum lama ini di rilis, tetapi sudah ada banyak sekali situs-situs, koran-koran, dan majalah-majalah yang mengulas film tersebut, dan rasanya tidak ada satu pun yang bilang bahwa film itu jelek.
Situs ulasan film / media Metacritic memberikan skor 81 dan Rotten Tomatoes memberikan skor 100 persen. Lalu situs-situs media yang sering menjadi referensi saya, seperti The New York Times, Los Angeles Times, The Globe and Mail, NPR, Vox, dan AV Club — semuanya bilang bahwa film ini bagus dan patut ditonton.
Sebagai pecinta kucing, sebenarnya saya juga tidak perlu banyak alasan untuk menonton film ini. Selain memiliki kucing-kucing (atau mungkin lebih tepatnya dimiliki oleh kucing-kucing), saya juga rajin sekali browsing berbagai macam video dan gambar-gambar kucing di Internet. Salah satu akun Instagram favorit saya adalah Cats of Istanbul.
Waktu saya jalan-jalan di Istanbul, saya juga ketemu dengan banyak sekali kucing-kucing yang lucu, bersih, dan ramah. Dan seperti kucing-kucing pada umumnya, mereka senang sekali di elus-elus dan di ajak bicara. Kabarnya, bahkan saat Presiden Obama berkunjung ke Haghia Sophia, beliau juga tidak kuasa melawan kelucuan Gli, kucing yang tinggal di situs tersebut, dan mengelus-elus beliau.


Konon, Istanbul bisa memiliki sekian banyak dan berbagai macam jenis kucing karena kota tersebut merupakan kota pelabuhan dari sejak jaman Kesultanan Ottoman dulu. Jaman itu, kapal-kapal biasanya dilengkapi dengan kucing-kucing untuk memburu tikus dan binatang pengganggu lainnya. Saat kapal-kapan tersebut berlabuh, maka banyak kucing-kucing yang tertinggal dan akhir menetap disitu.
Faktor kucing, ditambah makanan yang enak-enak, dan orang-orang Turki yang ramah-ramah dan sopan, membuat Istanbul menjadi salah satu kota favorit saya di dunia. Menonton film “Kedi” membuat saya jadi ingin sekali kembali kesana suatu hari nanti.